Friday, November 16, 2007

PAKEM... bisa gak ya???

PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN ”PAKEM” 1)

Khresna Bayu Sangka 2)

"Technology can make our lives easier. Everyday tasks are simplified”, Hjetland (1995). Teknologi informasi telah mengubah cara manusia bekerja, teknologi dapat mempermudah tugas serta meningkatkan prestasi guru, seperti penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pelakasanaan pembelajaran.

PAKEM dan Sensitivitas Guru

Jika kita mau membuka mata tanpa prasangka terhadap dunia pendidikan yang berkembang saat ini, kita akan melihat sebuah fenomena pendidikan yang khas, terutama menyangkut tiga pilar, yaitu:

  1. transparansi manajemen
  2. pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM); dan
  3. peran serta masyarakat.

Tiga pilar manajemen berbasis sekolah (MBS) yang dikembangkan UNICEF -UNESCO - Pemerintah Indonesia untuk semua sekolah di seluruh Tanah Air tampaknya sudah menjadi sumsum, tulang, dan darah bagi pelaksanaan pendidikan kita. Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.

1) Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Layanan Pascapenempatan bagi Guru Pemula (Guru SMP)

14-15 November 2007, UNS Solo.

2) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP UNS Solo.

Pembelajaran yang membebaskan, menurut konsep Paulo Fraire, adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik tekanan fisik maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.

Dalam konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), roh pembelajaran ada pada bagaimana hubungan antara guru dan murid dapat dijalin dengan pendekatan didaktik metodik yang bernuansa resmi dan sangat "pedagogis". Artinya, interaksi antara guru dan murid tidak dijalin dengan komunikasi yang "kaku" seperti "orang yang serba tahu" dengan "anak yang serba tidak tahu".

Sensitivitas guru yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bagaimana guru dapat mengembangkan kepekaan-kepekaan pedagogisnya untuk kepentingan pembelajaran, bukan perilaku sensitif yang bermakna konotatif. Dengan demikian, sensitivitas guru merupakan kepekaan dalam kerangka konteks pembelajaran.

Sensitivitas dalam konteks pembelajaran tampak dari bagaimana seorang guru mampu menangkap apa yang diinginkan siswanya, bukan pada apa yang harus diperolehnya. Dengan demikian, sensitivitas guru lebih mengarah kepada upaya untuk memberikan pelayanan secara prima kepada siswa-siswinya. Pelayanan semacam ini akan terwujud manakala guru benar-benar dapat memerankan diri sebagai fasilitator, bukan sebagai orang yang harus dilayani.

Rasanya, kita sudah terlalu penat dengan model pembelajaran yang sentralistik dan memaksa guru untuk selalu nrima ing pandhum (menerima apa adanya) serta hanyut dalam apatisme dan kepasrahan yang tidak proporsional. Kini saatnya, ketika desentralisasi pendidikan sedang digulirkan dan paradigma baru pendidikan kita dikembangkan, tidak ada jalan lain kecuali kita harus secara terus-menerus memberdayakan guru dengan mengembangkan sensitivitas dan kreativitasnya. Tanpa itu semua, pendidikan akan berjalan di tempat dan kita sulit untuk menjadi "pemenang" yang elegan, bahkan kita hanya akan menjadi "pecundang" yang kehilangan jati diri.

PAKEM dan Teknologi Informasi

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Salah satu sarana untuk menjembatani perubahan mutu pendidikan adalha dengan melaksanaan PAKEM dengan menggunakan teknologi informasi, baik dengan menggunakan peralatan sederhana maupun peralatan yang rumit dan mahal harganya.

Secara jujur harus diakui, bahwa masih terdapat berbagai masalah dalam melaksanakan pola PAKEM dalam sebuah pembelajaran, karena:

  1. proses pembelajaran yang didesain oleh guru saat ini masih mengebiri potensi siswa didik. Alih-alih berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, proses pembelajaran pun tak jarang berlangsung monoton dan membosankan. Yang lebih memprihatinkan, masih muncul opini di kalangan sebagian besar guru bahwa pembelajaran dikatakan berhasil apabila suasana kelas berlangsung diam alias bisu dan siswa patuh dengan komando. Suasana kelas pun seringkali berubah mirip ruang karantina untuk “mencuci otak” siswa didik. Pembelajaran jauh dari dialog, bercurah pikir, apalagi dialog interaktif. Siswa yang kritis dan sering bertanya justru sering diberi stigma sebagai siswa “ngeyelan” dan cerewet. Siswa ber-”talenta” semacam itu tak jarang memancing adrenalin emosi guru yang tidak siap menjawab pertanyaan siswa. Dengan otoritas yang dimilikinya, guru bak sipir penjara yang tengah mengawasi perilaku narapidana (tengok di sini, di sini, dan di sini).
  2. dunia persekolahan kita masih jauh dari sentuhan teknologi informasi dan komunikasi. Memang, sudah banyak sekolah yang telah menjadi clien ICT. Namun, sudahkah guru memaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan pembelajaran? Ini sebuah “penyakit” yang sering kambuh dalam dunia pendidikan kita. “Pintar melakukan pengadaan barang, tapi gagap dalam merawat, memelihara, dan mengoperasikannya”. Nilai gengsi dan prestise lebih diutamakan ketimbang substansi kepentingan dan manfaatnya.
  3. belum ada perubahan paradigma pendidikan dalam dunia persekolahan kita. Meskipun sistem telah berubah, dari sentralistis ke desentralistis, tapi gaya pengelolaan dunia persekolahan kita tak ada bedanya dengan yang dulu-dulu. Kepemimpinan sekolah masih bergaya feodalistis bak borjuis kecil. Para penyelenggara pendidikan yang seharusnya melayani, tetapi justru minta dilayani. Praktik pendidikan pun masih selalu menunggu petunjuk dari atas; miskin kreativitas dan inovasi. Sekolah banyak mendapatkan droping peralatan dan fasilitas, tapi mereka tidak pernah mau belajar bagaimana cara menggunakannya. Tidak heran apabila subsidi perangkat televisi yang seharusnya sudah dimanfaatkan mengakses siaran TV-Education, masih banyak yang “ndongkrok”, bahkan masih terbungkus rapi.
  4. pemberdayaan profesionalisme guru yang masih “jalan di tempat”. Kini, era digital sudah merasuki lorong-lorong kehidupan masyarakat di negeri ini. Dunia maya mampu menyajikan berbagai informasi terbaru, menarik, dan aktual. Namun,sudah banyakkah rekan-rekan guru di negeri ini yang telah mencoba mengaksesnya untuk kepentingan pembelajaran? Dalam hal mengakses informasi, guru tak jarang “kalah bersaing” dengan murid-muridnya. “Siswa didiknya sudah melaju mulus di atas jalan tol, tetapi sang guru masih bersikutat di balik semak belukar”.Mereka sudah biasa mengakses internet, baik milik orang tuanya maupun warnet, dan sudah begitu akrab dengan istilah-istilah dasar “ngenet”, seperti browsing, search engine, e-mail, atau chatting. Oleh karena itu, sungguh pandangan yang keliru kalau pada abad gelombang informasi seperti sekarang ini masih ada seorang guru yang masih memosisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran apabila para guru yang berdiri di garda depan dalam dunia pendidikan kita tidak ”gaptek”. Minimal, mereka bisa mengoperasikannya sehingga siswa didik bisa “menikmati” media pembelajaran dengan segenap emosi dan pikirannya. Sebuah kesia-siaan apabila sekolah selalu dimanja dengan berbagai piranti teknologi mutakhir, tetapi mereka tak sanggup memanfaatkannya secara maksimal.

Sebagai “agen perubahan dan peradaban” dunia persekolahan kita tampaknya memang harus sudah mulai mengakrabi TIK. Di kelaslah “ruh kurikulum” berada. Dalam benak saya terbersit bayangan, di sekolah yang telah memanfaatkan TIK untuk merevitalisasi pembelajaran, ada sebuah moving class, yang bisa dimanfaatkan secara bergiliran –sesuai jadwal– oleh guru dari berbagai mata pelajaran. Di kelas itu sudah tersedia komputer (PC atau notebook) online, LCD, scanner, printer, dan berbagai software pembelajaran yang menarik dan memikat perhatian siswa didik. Dengan terampil, sang guru akan mengemas pembelajarannya melalui berbagai tayangan media yang menarik, sehingga mampu menggugah emosi dan pikiran siswa untuk bersikap kreatif, penuh inistatif, dan kritis. Dengan demikian, pembelajaran betul-betul berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Ini artinya, setiap guru, mau atau tidak, harus siap menyongsong “era baru” melalui pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran. Alasan “tidak bisa”, “tidak berbakat” perlu dikubur dalamdalam karena siapa pun bisa menggunakan TIK asalkan mau belajar dan tidak malu bertanya.

Untuk menciptakan atmosfer baru dalam dunia pembelajaran di sekolah, harus ada upaya serius untuk memberdayakan guru agar mereka tidak “gaptek” lagi dalam memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran. Jika tidak ada upaya

serius dan intensif, disadari atau tidak, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran hanya akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. Bagaimana dengan kita para guru, siapa lagi kalau bukan kita yang memulainya?.

Dalam konteks pembelajaran berbasis TIK, marilah kita tumbuhkan minat dan kemauan yang besar untuk sama-sama belajar dan saling berbagi informasi. Sekarang ini sudah terbuka lebar kran informasi dan sumber-sumber belajar baik

melalui buku-buku atau media elektronik.

  1. Jangan berkutat pada satu buku referensi saja, kalau tidak mau dikatakan “gaptek”.
  2. Jangan pernah merasa sudah cukup pintar, jika demikian maka anda akan seperti katak dalam tempurung.
  3. Sesekali kunjungi situs-situs internet yang menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga dapat memperluas cakrawala pengetahuan. Sepatutnya kita berterimakasih kepada pemerintah yang sudah tanggap akan kebutuhan informasi. Sekarang ini kita sudah bisa akses internet secara gratis melalui jejaring pendidikan nasional (Jardiknas) untuk sekolah-sekolah yang sudah terjangkau. Manfaatkan fasilitas tersebut secara optimal, gunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Multimedia

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Pada hakikatnya proses belajar-mengajar merupakan suatu bentuk komunikasi dimana siswa tidak hanya terpaku pada penjelasan guru, tetapi siswa juga dapat menggunakan media-media penunjang pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis multimedia adalah suatu metode pembelajaran dengan menggunakan perangkat multimedia sebagai sarana utamanya. Dalam hal ini, komputer merupakan komponen utama dalam pembelajaran Kemp dan Dayton (1985) mengemukakan manfaat penggunaan media dalam pembelajaran adalah:

a) penyampaian materi dapat diseragamkan;

b) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;

c) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;

d) efisiensi waktu dan tenaga;

e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;

f) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja;

g) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar; dan

h) mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan, tetapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan pembelajaran, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya, ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan media yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat hanya akan menghambur-hamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi ketercapaian tujuan pembelajaran akan jauh dari apa yang diharapkan. Sebagai salah satu sarana pembelajaran, sekolah harus dapat menyediakan media yang tepat untuk menunjang aktivitas siswa dalam belajar agar tidak jenuh dalam menerima pembelajaran di sekolah.

Penggunaan Multimedia

Pembelajaran dengan menggunakan multimedia untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, namun bukan berarti dalam prakteknya tidak ada hambatan. Hambatan utama adalah disebabkan adanya kesalahan konsep yang terjadi ketika kelompok ahli menerangkan kembali ke kelompok asal. Kesalahan terutama terjadi pada materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Disamping itu, waktu yang diperlukan untuk proses pembelajaran menjadi relatif lebih lama. Seringkali waktu pelajaran habis sebelum cakupan materi terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif untuk menyempurnakan pendekatan pembelajaran ini. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran. CD interaktif (misalnya dikembangkan oleh MGMP dengan supervisi dari berbagai pihak terkait) yang berisikan materi-materi pembelajaran dianggap cukup memadai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul pada proses pembelajaran. Keuntungan pembelajaran interaktif berbasis multimedia antara lain:

1. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit/nyata, sehingga mudah diterima siswa,

2. Media dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. Siswa yang belum memahami materi dapat mengulang materi tersebut di rumah sama persis dengan yang dibahas dalam kelompok,

3. Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan yang mendalam pada diri siswa,

4. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang perbagai macam perkembangan kecerdasan.

5. Dapat menyeragamkan materi pembelajaran dan mengurangi resiko kesalahan konsep.

Perkembangan teknologi dewasa ini banyak mengarah pada penggunaan sarana audiovisual sebagai sarana pembelajaran. CD pembelajaran interaktif dewasa ini cukup mudah untuk diperoleh, komputer pun saat ini sudah sangat terjangkau. Proses pembelajaran dengan menggunakan seperangkat teknologi ini dikenal dengan pembelajaran berbasis multimedia. Pembelajaran berbasis multimedia mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan media papan tulis dan kapur.

Pembelajaran berbasis multimedia melibatkan hampir semua unsur-unsur indera. Penggunaan multimedia dapat mempermudah siswa dalam belajar dan juga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan multimedia akan sangat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dimana dengan motivasi yang meningkat maka prestasi pun akan dapat diraih lebih optimal. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran juga akan mengenalkan sedini mungkin pada siswa akan teknologi.

Pemanfaatan Internet

Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, pendidikan, hiburan, bahkan keagamaan. Pendeknya apa saja yang dapat terpikirkan! Kita dapat mengetahui berita-berita teraktual hanya dengan mengklik situs-situs berita di web. Demikian pula dengan kurs mata uang atau perkembangan di lantai bursa, internet dapat menyajikannya lebih cepat dari media manapun.

Para akademisi merupakan salah satu pihak yang paling diuntungkan dengan kemunculan internet. Aneka referensi, jurnal, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah yang berlimpah. Para mahasiswa tidak lagi perlu mengaduk-aduk buku di perpustakaan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Cukup dengan memanfaatkan search engine, materi-materi yang relevan dapat segera ditemukan.

Selain menghemat tenaga dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih up-to-date. Buku-buku teks konvensional memiliki rentang waktu antara proses penulisan, penerbitan, sampai ke tahap pemasaran. Kalau ada perbaikan maupun tambahan, itu akan dimuat dalam edisi cetak ulangnya, dan itu jelas membutuhkan waktu. Kendala semacam ini nyaris tidak ditemui dalam publikasi materi ilmiah di internet mengingat meng-upload sebuah halaman web tidaklah sesulit menerbitkan sebuah buku. Akibatnya, materi ilmiah yang diterbitkan melalui internet cenderung lebih aktual dibandingkan yang diterbitkan dalam bentuk buku konvensional.

Kelebihan sarana internet yang tidak mengenal batas geografis juga menjadikan internet sebagai sarana yang ideal untuk melakukan kegiatan belajar jarak jauh, baik melalui kursus tertulis maupun perkuliahan. Tentu saja ini menambah panjang daftar keuntungan bagi mereka yang memang ingin maju dengan memanfaatkan sarana internet. Internet juga berperan penting dalam dunia ekonomi dan bisnis. Dengan hadirnya e- commerce, kegiatan bisnis dapat dilakukan secara lintas negara tanpa pelakunya perlu beranjak dari ruangan tempat mereka berada.

e-Learning

Istilah e-Learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk penerapan teknologi informasi di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya. Definisi e-Learning sendiri sebenarnya sangat luas, bahkan sebuah portal informasi tentang suatu topik juga dapat tercakup dalam e-Learning ini. Namun istilah e-Learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar- mengajar di sekolah dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi Internet dan multimedia.

Dalam teknologi e-Learning, semua proses belajar-mengajar yang biasa ditemui dalam sebuah ruang kelas, dilakukan secara live namun virtual, artinya dalam saat yang sama, seorang guru mengajar di depan sebuah komputer yang ada di suatu tempat, sedangkan para siswa mengikuti pelajaran tersebut dari komputer lain di tempat yang berbeda. Dalam hal ini, secara langsung guru dan siswa tidak saling berkomunikasi, namun secara tidak langsung mereka saling berinteraksi pada waktu yang sama.

Semua proses belajar-mengajar hanya dilakukan di depan sebuah komputer yang terhubung ke jaringan internet, dan semua fasilitas yang yang biasa tersedia di sebuah sekolah dapat tergantikan fungsinya hanya oleh menu yang terpampang pada layar monitor komputer. Materi pelajaran pun dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk file-file yang dapat di-download, sedangkan interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk pemberian tugas dapat dilakukan secara lebih intensif dalam bentuk forum diskusi, mailing list, video and audio chat, blog, dan lain-lain.

Pemanfaatan e-Learning membuahkan beberapa keuntungan, diantaranya dari segi finansial dengan berkurangnya biaya yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem secara keseluruhan jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan sekolah beserta seluruh perangkat pendukungnya, termasuk pengajar. Dari sisi peserta didik, biaya yang diperlukan untuk mengikuti sekolah konvensional, misalnya transportasi, pembelian buku, dan sebagainya dapat dikurangi, namun sebagai gantinya diperlukan biaya akses internet. Dari sisi penyelenggara, biaya pengadaan e-Learning sendiri dapat direduksi, disamping jumlah peserta didik yang dapat ditampung jauh melebihi yang dapat ditangani oleh metode konvensional dalam kondisi geografis yang lebih luas.

Namun, dibalik segala kelebihan yang ditawarkan, penerapan e-Learning, khususnya di Indonesia masih menyimpan masalah, antara lain pada keterbatasan akses internet serta kurangnya pemahaman masyarakat akan teknologi internet. e-Learning juga kurang cocok untuk digunakan pada level pendidikan dasar dan menengah, khususnya karena kendala sosialisasi. Seperti kita ketahui, tujuan kegiatan belajar-mengajar di sekolah bukan hanya untuk menimba ilmu pengetahuan, melainkan juga melatih anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya maupun lingkungan di luar rumah. Hal semacam ini tidak bisa didapati dalam sekolah maya via e-Learning. Disamping itu, sistem belajar jarak jauh sangat mensyaratkan kemandirian, sehingga lebih cocok untuk diterapkan pada lembaga pendidikan tinggi maupun kursus.

Songgolangit, 11-11-2007

Daftar Referensi

Malek, Zarina Abd, Kemampuan Mengajar Guru: Teori, Strategi dan Perkaedahan Dalam Pendidikan Komputer, 2005.

Martono, Yulianto Dwi, Pembelajaran berbasis TIK dan Permasalahannya, www.diknas.go.id , 2007.

Sangka, Khresna Bayu, Pengenalan Internet dan Multimedia, Modul Pelatihan Guru Ekonomi Propinsi Kalimantan Timur, 2007.

Sapari, Ahmad, Pendidikan dan Guru Kreatif, www.kompas.com

Sutinah, Andriana, Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia di Sekolah Dasar, Pemkab Ponorogo, 2006.